08 March 2008

PERANGI NAFSU DIHARI NYEPI


"Karena manusia bukan anjing,jadi manusia hendaknya lebih tahu cara mengekang Nafsu "

Dari mitologi anjing kesanga, kadang sifat itu juga berpengaruh terhadap manusia terutama disasih kesanga terlebih bagi mereka yang kelahirannya dipengaruhi sasih yang kadang tidak menentu itu ..Jaga hati dan pikiran tetap suci dan terkendali !!

NYEPI JALAN MENUJU KESUCIAN


ORANG sudah sangat biasa mendengar kata Nyepi mulai dari kecil, dewasa, apalagi tua. Sebab, Nyepi bukan hanya terkenal di Bali saja, tapi di seluruh dunia. Walaupun demikian, apakah semua orang tahu bahwa menyepi sebagai wahana mencari kesucian diri sendiri dan bhuwana agung.

Sebab, Nyepi bukanlah dijalankan tanpa makna, namun hendaknya membuat pelaksanaan Nyepi menjadi bermakna. Di dalam Regveda VIII.84.9 diuraikan: Kseti ksemebhih sadhubhir, Nakir yam ghnanti hanti yah, Agne suvira edhate Artinya Ya Hyang Agni, dia yang menjalani kehidupan suci. Yang melakukan segala kebaikan kepada orang lain, sesungguhnya tidak bisa dirugikan, semoga orang yang berani seperti itu selalu berhasil baik.

Berkaitan dengan Nyepi para pengelingsir Hindu telah memikirkan dengan baik jalan menuju kesucian sekala maupun niskala. Dasarnya pengetahuan wariga yang melahirkan Nyepi, yang jatuh pada sasih kesanga (bulan kesembilan).

Mengapa Nyepi jatuh pada sasih kesanga? Semuanya ada alasannya. Jika membaca Roga Sanghara Bhumi maka akan dapat disimak tanda-tanda alam (tetenger jagat) bahwa pada sasih kesanga merupakan sasih yang baah. Artinya kadang-kasang hujan, tiba-tiba panas menghentak, cuaca berubah dengan cepat sehingga penyakit kepala, filek, batuk menjadi musim pada sasih itu.

Sasih kesanga yang didahului oleh sasih kaulu yang penuh dengan hujan, banjir, angin ribut, pohon, rumah bertumbangan, sebagai kelanjutannya sasih kesanga. Penyakit panas deman, anjing mengaung memanggil pasangannya yang cukup membangunkan bulu kuduk jika di malam hari.

Orang-orang pada susah tidur di malam hari. Panas tak tertahankan, anjing nmegumbar birahi di mana-mana. Namun manusia jangan meniru perilaku seks anjing kesanga. Siapa tahu karena hubungan seks itu istri mengandung yang akhirnya si anak yang lahir akan mengikuti perilaku anjing kesanga tersebut.

Nafsu anjing tidak berbeda dengan nafsu manusia yang menghentak-hentak setiap saat. Setahun mengumbar nafsu tanpa kendali, wajarlah pada sasih ini manusia diajarkan untuk mengendalikan diri menahan nafsu melalui catur brata penyepian. Bagi kalangan masyarakat umum sangatlah susah namun bagi orang yang menjalani kesucian, itu merupakan hal yang biasa sebagai momentum memantapkan kerohaniannya.

Brata penyepian bagi kehidupan bermasyarakat biasa akan sangat bermanfaat sebagai sarana pengendalian diri agar mampu puman pumamsam pari patu visvatah Yajurveda XIX.51. Artinya orang-orang seharusnya menyelamatkan orang lain dari segala kesusahan. Pertolongan semacam itu sesungguhnya bisa dilakukan siapa saja apabila mereka mempunyai keluhuran budi, kebaikan hati sebagai wujud kasih sayang semua makhluk.

Menyelamatkan orang lain atau dunia merupakan salah satu penerapan ajaran Weda sebagai bentuk tabungan karma yang akan dinikmati pada masa sekarang dan mendatang. Sebagai contoh dapat menyelamatkan kemiskinan, kebodohan dan sebagainya. Bagi peminpin bangsa/keluarga merupakan salah satu contoh dari sekian banyaknya kesusahan seseorang di dunia ini, cuma bentuk dan peristiwanya saja yang berlainan.

Sebab hari Nyepi itu sebagai jalan doa agar setiap hari seseorang melantunkan doa dalam hati, ketika di rumah, dalam perjalanan dan di tempat kerja dengan mengucapkan, Dhitisca me kratusca me (Yajurveda XVIII.1).

Artinya, semoga kami memperoleh sifat-sifat kebijaksanaan dan kerajinan. Apabila seseorang berdoa dengan tulus, maka efeknya akan berpengaruh untuk melaksanakannya kebijaksanaan dengan tulus pula.

Pikiran yang bijaksana dalam lontar Tattwa Jnana sloka 7, dikategorikan ke dalam sifat sattwika yang cirinya …wruh ring yogya lawan tan yogya… ,asih ta ya ring kasiasih, anumeda ring hinadina,…mahardika pahambeknya mangdadyaken trpti paritusta ring citta ning para….

Artinya mereka tahu membedakan mana yang patut dan tidak patut,…menaruh kasih sayang kepada orang yang menderita,…bijaksana perilakunya membuat bahagia mereka yang memandanganya,…bila mampu seperti itu Nyepi akan bermanfaat bukan saja hari ini namun juga di hari esok.

Nyepi juga menjadikan orang Bali eling ring raga, engeh ring sarira. Saat Nyepi memasrahkan diri kepada Tuhan dengan selalu berusaha menjaga harmoni bhuwana agung dan bhuwana alit. Bhuwana agung dijaga dengan melakukan upacara pecaruan/tawur sedangkan bhuwana alit dengan melakukan amati gni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan.

Apabila diperhatikan secara seksama saat Nyepi tepat jam 12 siang, matahari tepat jatuh di atas kepala. Itulah rotasi di mana posisi matahari tajeg surya/tengai tepet ( satya menuju sandyakala), secara alam kutub utara dan selatan sama menjauh dari planet matahari.

Hari yang tepat untuk melakukan Nyepi untuk mengetahui siapa sesungguhnya dirimu sendiri. Hari yang mencari sunya. Dalam dharmasunya makna sunya diartikan tan pahangenangenan (tak terbayangkan), tan patuduhan (tak bisa dinamai) akhirnya sunya itu pun tak terlukiskan dan acintya tak terpikirkan.

Karena itu, saat Nyepi atau sunya seorang yang mampu merasakan itu disebut sebagai seorang yogi. Malahan jika kualitasnya lebih tinggi bias disebut sebagai seorang Mahayogi.

Pikiran yogi dalam menikmati sepi ini tak terlukiskan. Dia telah menyatu dengan Hyang Semesta, antara ada dan tiada, antara rasa yang tak terasa. Namun tak pernah merasa kehilangan walaupun sepi itu tak terlukiskan.

Tuhan terasa dekat tanpa sekat, maka beryogalah saat Nyepi karena akan menemukan Tuhan (risangangambeki yoga kiteng sekala). Hanya orang yang melaksanakan yoga sajalah Tuhan akan menampakkan diri, katemunta mareka si tan katemu, dapat dijumapinyalah Tuhan yang tidak dapat dijumpai oleh orang biasa/orang yang tidak melaksanakan yoga.

Dengan melaksanakan yoga kesucian itu pasti dapat diraih karena pikiran menjadi jernih ibarat bayangan bulan akan tampak jelas di dalam air yang jernih. Inilah yang disebut sebagai batin Sang Yogiswara yang telah menembus tanpa batas, hening sempurna tidak tergoyahkan, menyusup memenuhi dunia, segala yang ada di jagat raya, semua tampak sempurna dalam kesempurnaan jiwa yang luluh dalam kedamaian, sungguh di luar angan-angan jika diceritakan kecuali dibuktikan dengan yoga brata penyepian dengan baik.

Uraian tentang makna Nyepi bagi yang biasa melali, mabuk, berjudi, memakan-makanan enak/berpesta, perokok, pemarah dan sebagainya, sangatlah sulit diterima karena belum pernah menikmati nikmatnya Nyepi sebagai sebuah kesucian batin.

Nyepi bukanlah bisa dilakukan oleh Sang Yogiswara saja. Sebab asal Sang Yogiswara juga dari mereka belajar mencari kesucian. Jika demikian mengapa kita tidak bisa? Saya yakin bias. Sebab semua manusia mempunyai materi/kualitas yang sama dengan seorang yogi. Bedanya seorang yogi sudah terlatih sedangkan masyarakat biasa kurang melaksanakan latihan.

Jika pelaksanaan penyepian berhasil dilaksanakan oleh umat Hindu dan didukung oleh umat lain dan kesucian yang diperoleh oleh manusia, alam akibat Nyepi bukan hanya berdampak kepada umat Hindu namun kepada dunia semua mahluk berserta isinya. Nyepi jika dilaksanakan dengan baik akan mempengaruhi kehidupan manusia dan alam secara keseluruhan. Pikiran manusia diibaratkan seperti Mahakawi yang batinnya penuh dengan kesucian, laksana samudera tanpa noda, berbahagia bebas dari ikatan, menikmati sari-sari keindahan. Itulah disebut pertemuan segala rasa dan pengetahuan hakekat kenyataan sebagai puncak ajaran yang utama.

Ia yang jiwanya sudah sempurna, hening, maka ia akan mampu menghadirkan Tuhan dalam padma hredaya setiap saat. Sepi dalam keheningan itu akan membuat seseorang terbukti setiap ucapannya dan ia layak disebut sebagai seorang yogi. Bagi masyarakat biasa, dampak yang terlihat adalah, ia saling menghormati satu sama lainnya, suami puas dengan istrinya, istri puas dengan suaminya, maka pastilah di rumah itu terdapat kesejahteraan.

Dari rumah kebahagiaan itu tertular ke dunia luar. Tak terelakkan lagi negara pun akan bahagia. Sebab nafsu kebinatangan peminpin, suami, laki-laki, wanita, yang suka menindas, otoriter, egois, suka sanggama, suka bertengkar, mau menang sendiri, telah disempurnakan oleh dirinya sendiri saat melaksanakan brata penyepian. Itulah penyepian menuju kesucian diri sekala dan niskala.***

Penulis Ketua I PHDI Bali dan dosen

Drs IGN Sudiana MSi
source : www.jawapos.co.id

I Gede Putu Priambawa (Dewan Pimpinan Nasional)

1 comment:

Anonymous said...

Lucky Club: The Online Casino Site
Lucky Club is a 카지노사이트luckclub leading Online Casino site founded in 2019 with over 150000 players. We strive to deliver a safe and fair gaming environment that is truly authentic.