08 March 2008

MAKNA PERAYAAN NYEPI (1)

Berbeda dengan umat agama lain yang merayakan hari raya keagamannya dengan pesta pora , umat Hindu lebih memilih untuk larut dalam kesunyian dan keheningan tanpa baju baru, makanan enak, jalan-jalan, apalagi mengumbar nafsu.Nyepi bagi umat Hindu adalah waktu untuk melakukan evaluasi diri, membersihkan diri dari berbagai macam “noda” dan “debu” yang telah dilakukan selama 1 tahun terakhir. melalui kesunyian dan keheningan diharapkan umat Hindu lebih kusyuk didalam membersihkan diri.

Nah untuk lebih memahami tentang Makna dari perayaan Nyepi yang menjadi kekaguman Dunia itu,wulan telah mengutif sejumlah artikel dari beberapa website yang berkaitan dengan Perayaan NYEPI termasuk juga dalam versi Bahasa inggris..

Mudaha-mudahan dengan pemahaman itu bisa membantu kita sebagai generasi Hindu lebih paham serta selalu taat melaksanakannya..

Makna Nyepi dan Pengembangan Kebersamaan Umat
oleh : Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi

Banyak kalangan lain di luar umat Hindu melihat keunikan tersendiri
bagi umat Hindu Nusantara dalam merayakan Tahun Barunya. Umat lain di hari Tahun Baru-nya merayakan dengan kemeriahan, pesta makan – minum, pakaian baru, dan sebagainya. Umat Hindu, justru di Tahun Baru Saka yang jatuh pada “Penanggal Ping Pisan Sasih Kadasa” menurut sistim kalender Hindu Nusantara, merayakannya dengan sepi yang kemudian bernama “Nyepi” artinya membuat suasana sepi, tanpa kegiatan (amati karya), tanpa menyalakan api (amati gni), tanpa melakukan perjalanan keluar rumah (amati lelungaan) dan tanpa hiburan (amati lelanguan) yang dikenal dengan istilah “Catur berata penyepian”.
Di hari itu umat Hindu melakukan tapa, berata, yoga, samadhi untuk menyimpulkan serta menilai Trikaya pribadi-pribadi dimasa lampau dan merencanakan Trikaya Parisudha dimasa depan. Di hari itu pula umat mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat pendakian rohani yang telah dicapainya, dan sudahkah masing-masing dari kita mengerti pada hakekat tujuan kehidupan di dunia ini. Dengan amati karya, kita mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan tapa, berata, yoga, dan samadhi; dalam suasana amati gni, pikiran akan lebih tercurah pada telusuran kebathinan yang tinggi; pembatasan gerak bepergian keluar rumah berupa amati lelungaan akan mengurung diri sendiri di suatu tempat tertentu untuk melakukan tapa, berata, yoga, samadhi. Tempat itu bisa dirumah, di Pura atau di tempat suci lainnya. Tentu saja dalam prosesi itu kita wajib menghindarkan diri dari segala bentuk hiburan yang menyenangkan yang dinikmati melalui panca indria. Kemampuan mengendalikan Panca Indria adalah dasar utama dalam mengendalikan Kayika, Wacika dan Manacika sehingga jika sudah terbiasa maka akan memudahkan pelaksanaan Tapa Yadnya. Walaupun tidak dengan tegas dinyatakan, pada Hari Nyepi seharusnya kita melakukan Upawasa atau berpuasa menurut kemampuan masing-masing. Jenis-jenis puasa antara lain : tidak makan dan minum selama 24 jam, atau siang hari saja, atau bentuk puasa yang ringan yaitu hanya memakan nasi putih dengan air kelapa gading yang muda.
Setelah Nyepi, diharapkan kita sudah mempunyai nilai tertentu dalam evaluasi kiprah masa lalu dan rencana bentuk kehidupan selanjutnya yang mengacu pada menutup kekurangan-kekurangan nilai dan meningkatkan kwalitas beragama. Demikianlah tahun demi tahun berlalu sehingga semakin lama kita umat Hindu akan semakin mengerti pada hakekat kehidupan di dunia, yang pada gilirannya membentuk pribadi yang dharma, dan menjauhkan hal-hal yang bersifat adharma. Hari Raya Nyepi dan hari-hari Raya umat Hindu lainnya merupakan tonggak-tonggak peringatan penyadaran dharma. Oleh karena itu kegiatan dalam menyambut datangnya hari-hari raya itu semestinya tidak pada segi hura-hura dan kemeriahannya, tetapi lebih banyak pada segi tattwa atau falsafahnya. Seandainya mayoritas umat Hindu Nusantara menyadari hal ini, pastilah masyarakat yang Satyam, Siwam, Sundaram akan dapat tercapai dengan mudah.

Dikutif dari media hindu online www.mediahindu.net

CATUR BERATA PENYEPIAN

Berata penyepian telah dirumuskan menjadi Catur Barata Penyepian yaitu:

-Amati geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukan upawasa (puasa).

- Amati karya (tidak bekerja), menyepikan indria.

- Amati lelungan (tidak bepergian).

- Amati lelanguan (tidak mencari hiburan).

Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indria kita diredakan dengan kekuatan manah dan budhi. Meredakan nafsu indria itu dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis sehingga kualitas hidup kita semakin meningkat. Bagi umat yang memiliki kemampuan yang khusus, mereka melakukan tapa yoga brata samadhi pada saat Nyepi itu.

Yang terpenting, Nyepi dirayakan dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang tiggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma. Untuk melak-sanakan Nyepi yang benar-benar spritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.

Upawasa artinya dengan niat suci melakukan puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam agar menjadi suci. Kata upawasa dalam Bahasa Sanskerta artinya kembali suci. Mona artinya berdiam diri, tidak bicara sama sekali selama 24 jam. Dhyana, yaitu melakukan pemusatan pikiran pada nama Tuhan untuk mencapai keheningan. Arcana, yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah. Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksana-kan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu. Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa. Tujuan mencapai kebebesan rohani itu memang juga suatu ikatan. Namun ikatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan.

(Sumber: Buku "Yadnya dan Bhakti" oleh Ketut Wiana, terbitan Pustaka Manikgeni)

TURIS PERLU MAKNAI NYEPI(www.hlasmana.rezavani.com)

Jika seluruh dunia khususnya turis mancanegara yang menganggap Bali adalah salah satu surga dunia, seharusnya mereka juga mau mengikuti ritual Nyepi yang saat ini tengah dilakukan penduduknya. Atau jika sulit mewujudkan tindakan pada ritual Nyepi, setidaknya para turis harus mau memahami makna Nyepi dan bukan hanya sekedar datang ke Bali hanya untuk menikmati keindahan pulau yang kaya akan budaya masyarakat itu. Karena Nyepi -lah yang membuat Bali hingga kini tetap menjadi pulau yang begitu indah sebagai salah satu objek pariwisata dunia.

Dengan melakukan Nyepi, masyarakat Bali memaknai kehidupan secara utuh. Memiliki rem terhadap kesenangan dan keserakahan yang secara nyata menghancurkan kehidupan ini. Bali, saat ini, seharusnya menjadi tolak ukur kebutuhan hidup hakiki manusia yaitu hidup dalam damai dan keseimbangan dengan alam.

Kini saya sedang berandai-andai, jika saja hari raya Nyepi dan makna besar yang tersimpan di dalamnya diikuti oleh masyarakat dunia… Sungguh betapa mudah terwujud pemulihan kondisi lingkungan global yang kini tengah dilanda keresahan akibat isu pemanasan global. Ah semoga saja kita akan mampu menyebarkan isu Nyepi ini dalam berbagai kegiatan termasuk pemulihan kondisi lingkungan hidup global yang tengah diresahkan oleh dampak pemanasan global yang begitu cepat.

Selamat Hari Raya Nyepi

Tahun Saka1930

Happy Balinese New Year!

2 comments:

Anonymous said...

Ya sangat setuju bahwa orang asing terutama turis-turis yang datang ke Bali agar memahami budaya dan tradisi kita terutama sekali tentang perayaan Nyepi itu...
Mereka mentang-mentang jadi turis jangan hanya datang dengan membawa identitas budaya mereka,lebih parahnya lagi mereka cenderung mempengaruhi orang-orang lokal untuk bersikap cuek terhadap perayaan Nyepi..saya banyak mendapat Informasi tidak sedikit orang lokal yang justru menerima ajakan orang asing untuk travelling di Hari Nyepi itu ,bukankah ini sangat melecehkan ?? Sementara budaya-budaya luar sudah cukup banyak yang kita ambil dan rayakan dengan meriah justru dikampung kita sendiri seperti New Years Party, Valentine, dll...Gak adil yang mudah-mudahan kedepan ada yang care tentang hal itu..

Bali care

awitara said...

salam kenal,,,blognya bagus