24 March 2008

MET' ULTAH

WULAN SELAMAT ULANG TAHUN …bm bahagia kini wulan telah dewasa.maafkan Bm jika telah banyak melakukan kesalahan dan kekeliruan2 sepanjang bm mengenalmu…Semoga TUHAN senantiasa memberikan wulan petujuk,bingbingan dan jalan yang terang dalam mengarungi hari-hari menggapai masa depan..

Dinihari 23 Maret 2008

Bli Komang’mu dulu

08 March 2008

BAHAGIAKU MERAYAKAN NYEPI


Hari ini aku merasa sangat bahagia,Perayaan Nyepi telah bisa kulalui dengan kondisi yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, malahan setelah seharian mendapat kesempatan merenung ,kini aku seakan merasa lebih matang dan dewasa aku juga merasa lebih dekat dengan hatinurani,secercah pikiran positif semakin terasa dalam diriku..

Semua ini tak terlepas dari dorongan Kak Kumar, Ia adalah teman,sekaligus kuanggap sebagai kakak dan pembingbing spiritualku..Ia amat sabar dan tabah memapahkan dikala gundah dan nyaris kehilangan arah .Memang benar adanya..bahwa kita perlu berhenti sejenak,merenung dan introveksi diri dan NYEPI itu adalah waktunya...

Setelah setahun aku lalui perjalanan panjang, kesibukan pekerjaan,pergaulan nyaris menyita waktu dan tenagaku ,rasa penat,emosi ,tekanan mewarnai perjalanan itu dan betapa indahnya saat semua itu terhenti dengan membiarkan diri ini ada dalam situasi yang sangat hening ditengah-tengah keluarga dan dirumah tempat aku dilahirkan dan dibesarkan...
Disaat kesempatan merenungi ini aku sadar dan merasa begitu kecilnya,dan begitu banyaknya kekurangan-kekurangan, dan kesalahan-kesalahan yang disadari atau tidak telah kulakukan

Saat kutulis blog ini dengan perasaan bahagia, dan sekaligus haru NYEPI kembali kulalui,setelah semua rangkaian-rangkaian ritualnya dengan patuh kujalani, mulai natab kesanga,membantu keluarga dirumah mengabu-abu(Megedi kala) ,sembahyang di Kemulan dan selanjutnya menyongsong Nyepi..

Menyongsong Hari sakral itu,aku awali dengan mencangkupkan tangan di sanggah bersama keluarga dan saudara-saudaraku,berdoa agar kami diberikan ketabahan,kekuatan hati dan pikiran.setelahnya menjelang siang aku lebih banyak membaca buku-buku pencerahan yang banyak dikasi oleh Kak Umar..
Sebelumnya aku kurang memperhatikan hal-hal itu, tapi Nyepi kemarin benar-benar bagiku lebih berarti setidaknya untuk peningkatan kesadaran diriku

Ya semua itu mungkin karena usiaku boleh dibilang tidak remaja lagi,sadar akan banyak hal yang telah kulalui dan juga mungkin terkait karena baru beberapa bulan ini aku bersama saudara-saudaraku telah menjalani ritual sakral metatah yang telah dilakukan oleh orang tuaku hal ini seakan semakin mendorong kesadaranku

Ya perayaan NYEPI kali ini bagiku pribadi sangat komplit dan benar-benar membuatku merasa lebih plong,pertama karena aku telah jalani ritual metatah yang juga bermakna upacara pembersihan dan memerangi musuh dalam diri sendiri, setelahnya aku juga telah lalui persembahyangan di Pura-pura besar yang kebetulan wali,yakni Andekasa,Goa Lawah dan Silayukti..setelah itu datang NYEPI,perayaan ini juga terkait dengan pengendalian diri.Walaupun tidak sempurna aku telah bisa lakoni Catur berata Penyepian, terlebih aku hanya tinggal dirumah,tidak menyalakan api emosi atau kemarahan(Amati geni),Tidak menyalakan hiburan apalagi menghibur diri ,tidak bepergian dan tidak mengumbar hawa nafsu

Kini aku merasa lebih ringan melangkah..aku juga sadar sebagai wanita Bali yang memiliki adat budaya,serta agama yang telah diwariskan secara turun temurun.Jika tidak sekarang kapan lagi aku dapat kesempatan menyadarinya..Aku ingat yang sering dikatakan Kak Kumar,penyesalan selalu datang terlambat,dan aku tidak ingin hal itu terjadi atas diriku..

Tapi ada satu hal yang membuatkan agak sedih sejak pengerupukan ,Kak Kumar tidak ada kabar,mungkin Ia memberikan kesempatan agar aku dapat lebih hikmah menjalankan Penyepian..Diamanapun kini Ia berada aku sangat berterimakasih dan selalu berdoa untuknya sepertihalnya Dia yang selalu mendoakan wulan..

Kak Kumar terimakasih atas dorongan dan motivasinya yang membuatku merasa lebih tegar menjalani hidup ini..Maafkan atas segala kesalahan2 yang kerap aku perbuat terhadapmu

Yang jelas kini Wulan bangga karena telah berhasil mengontrol dan mengendalikan diri sendiri,pokoknya kak Kumar jangan Hawatir ,mimpi menaiki tangga pura yang tertunda itu akan aku lanjutnya dan ini adalah bagian dari usaha-usahaku.. itukan yang jadi harapan Kak Kumar juga he he he..

PERANGI NAFSU DIHARI NYEPI


"Karena manusia bukan anjing,jadi manusia hendaknya lebih tahu cara mengekang Nafsu "

Dari mitologi anjing kesanga, kadang sifat itu juga berpengaruh terhadap manusia terutama disasih kesanga terlebih bagi mereka yang kelahirannya dipengaruhi sasih yang kadang tidak menentu itu ..Jaga hati dan pikiran tetap suci dan terkendali !!

NYEPI JALAN MENUJU KESUCIAN


ORANG sudah sangat biasa mendengar kata Nyepi mulai dari kecil, dewasa, apalagi tua. Sebab, Nyepi bukan hanya terkenal di Bali saja, tapi di seluruh dunia. Walaupun demikian, apakah semua orang tahu bahwa menyepi sebagai wahana mencari kesucian diri sendiri dan bhuwana agung.

Sebab, Nyepi bukanlah dijalankan tanpa makna, namun hendaknya membuat pelaksanaan Nyepi menjadi bermakna. Di dalam Regveda VIII.84.9 diuraikan: Kseti ksemebhih sadhubhir, Nakir yam ghnanti hanti yah, Agne suvira edhate Artinya Ya Hyang Agni, dia yang menjalani kehidupan suci. Yang melakukan segala kebaikan kepada orang lain, sesungguhnya tidak bisa dirugikan, semoga orang yang berani seperti itu selalu berhasil baik.

Berkaitan dengan Nyepi para pengelingsir Hindu telah memikirkan dengan baik jalan menuju kesucian sekala maupun niskala. Dasarnya pengetahuan wariga yang melahirkan Nyepi, yang jatuh pada sasih kesanga (bulan kesembilan).

Mengapa Nyepi jatuh pada sasih kesanga? Semuanya ada alasannya. Jika membaca Roga Sanghara Bhumi maka akan dapat disimak tanda-tanda alam (tetenger jagat) bahwa pada sasih kesanga merupakan sasih yang baah. Artinya kadang-kasang hujan, tiba-tiba panas menghentak, cuaca berubah dengan cepat sehingga penyakit kepala, filek, batuk menjadi musim pada sasih itu.

Sasih kesanga yang didahului oleh sasih kaulu yang penuh dengan hujan, banjir, angin ribut, pohon, rumah bertumbangan, sebagai kelanjutannya sasih kesanga. Penyakit panas deman, anjing mengaung memanggil pasangannya yang cukup membangunkan bulu kuduk jika di malam hari.

Orang-orang pada susah tidur di malam hari. Panas tak tertahankan, anjing nmegumbar birahi di mana-mana. Namun manusia jangan meniru perilaku seks anjing kesanga. Siapa tahu karena hubungan seks itu istri mengandung yang akhirnya si anak yang lahir akan mengikuti perilaku anjing kesanga tersebut.

Nafsu anjing tidak berbeda dengan nafsu manusia yang menghentak-hentak setiap saat. Setahun mengumbar nafsu tanpa kendali, wajarlah pada sasih ini manusia diajarkan untuk mengendalikan diri menahan nafsu melalui catur brata penyepian. Bagi kalangan masyarakat umum sangatlah susah namun bagi orang yang menjalani kesucian, itu merupakan hal yang biasa sebagai momentum memantapkan kerohaniannya.

Brata penyepian bagi kehidupan bermasyarakat biasa akan sangat bermanfaat sebagai sarana pengendalian diri agar mampu puman pumamsam pari patu visvatah Yajurveda XIX.51. Artinya orang-orang seharusnya menyelamatkan orang lain dari segala kesusahan. Pertolongan semacam itu sesungguhnya bisa dilakukan siapa saja apabila mereka mempunyai keluhuran budi, kebaikan hati sebagai wujud kasih sayang semua makhluk.

Menyelamatkan orang lain atau dunia merupakan salah satu penerapan ajaran Weda sebagai bentuk tabungan karma yang akan dinikmati pada masa sekarang dan mendatang. Sebagai contoh dapat menyelamatkan kemiskinan, kebodohan dan sebagainya. Bagi peminpin bangsa/keluarga merupakan salah satu contoh dari sekian banyaknya kesusahan seseorang di dunia ini, cuma bentuk dan peristiwanya saja yang berlainan.

Sebab hari Nyepi itu sebagai jalan doa agar setiap hari seseorang melantunkan doa dalam hati, ketika di rumah, dalam perjalanan dan di tempat kerja dengan mengucapkan, Dhitisca me kratusca me (Yajurveda XVIII.1).

Artinya, semoga kami memperoleh sifat-sifat kebijaksanaan dan kerajinan. Apabila seseorang berdoa dengan tulus, maka efeknya akan berpengaruh untuk melaksanakannya kebijaksanaan dengan tulus pula.

Pikiran yang bijaksana dalam lontar Tattwa Jnana sloka 7, dikategorikan ke dalam sifat sattwika yang cirinya …wruh ring yogya lawan tan yogya… ,asih ta ya ring kasiasih, anumeda ring hinadina,…mahardika pahambeknya mangdadyaken trpti paritusta ring citta ning para….

Artinya mereka tahu membedakan mana yang patut dan tidak patut,…menaruh kasih sayang kepada orang yang menderita,…bijaksana perilakunya membuat bahagia mereka yang memandanganya,…bila mampu seperti itu Nyepi akan bermanfaat bukan saja hari ini namun juga di hari esok.

Nyepi juga menjadikan orang Bali eling ring raga, engeh ring sarira. Saat Nyepi memasrahkan diri kepada Tuhan dengan selalu berusaha menjaga harmoni bhuwana agung dan bhuwana alit. Bhuwana agung dijaga dengan melakukan upacara pecaruan/tawur sedangkan bhuwana alit dengan melakukan amati gni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan.

Apabila diperhatikan secara seksama saat Nyepi tepat jam 12 siang, matahari tepat jatuh di atas kepala. Itulah rotasi di mana posisi matahari tajeg surya/tengai tepet ( satya menuju sandyakala), secara alam kutub utara dan selatan sama menjauh dari planet matahari.

Hari yang tepat untuk melakukan Nyepi untuk mengetahui siapa sesungguhnya dirimu sendiri. Hari yang mencari sunya. Dalam dharmasunya makna sunya diartikan tan pahangenangenan (tak terbayangkan), tan patuduhan (tak bisa dinamai) akhirnya sunya itu pun tak terlukiskan dan acintya tak terpikirkan.

Karena itu, saat Nyepi atau sunya seorang yang mampu merasakan itu disebut sebagai seorang yogi. Malahan jika kualitasnya lebih tinggi bias disebut sebagai seorang Mahayogi.

Pikiran yogi dalam menikmati sepi ini tak terlukiskan. Dia telah menyatu dengan Hyang Semesta, antara ada dan tiada, antara rasa yang tak terasa. Namun tak pernah merasa kehilangan walaupun sepi itu tak terlukiskan.

Tuhan terasa dekat tanpa sekat, maka beryogalah saat Nyepi karena akan menemukan Tuhan (risangangambeki yoga kiteng sekala). Hanya orang yang melaksanakan yoga sajalah Tuhan akan menampakkan diri, katemunta mareka si tan katemu, dapat dijumapinyalah Tuhan yang tidak dapat dijumpai oleh orang biasa/orang yang tidak melaksanakan yoga.

Dengan melaksanakan yoga kesucian itu pasti dapat diraih karena pikiran menjadi jernih ibarat bayangan bulan akan tampak jelas di dalam air yang jernih. Inilah yang disebut sebagai batin Sang Yogiswara yang telah menembus tanpa batas, hening sempurna tidak tergoyahkan, menyusup memenuhi dunia, segala yang ada di jagat raya, semua tampak sempurna dalam kesempurnaan jiwa yang luluh dalam kedamaian, sungguh di luar angan-angan jika diceritakan kecuali dibuktikan dengan yoga brata penyepian dengan baik.

Uraian tentang makna Nyepi bagi yang biasa melali, mabuk, berjudi, memakan-makanan enak/berpesta, perokok, pemarah dan sebagainya, sangatlah sulit diterima karena belum pernah menikmati nikmatnya Nyepi sebagai sebuah kesucian batin.

Nyepi bukanlah bisa dilakukan oleh Sang Yogiswara saja. Sebab asal Sang Yogiswara juga dari mereka belajar mencari kesucian. Jika demikian mengapa kita tidak bisa? Saya yakin bias. Sebab semua manusia mempunyai materi/kualitas yang sama dengan seorang yogi. Bedanya seorang yogi sudah terlatih sedangkan masyarakat biasa kurang melaksanakan latihan.

Jika pelaksanaan penyepian berhasil dilaksanakan oleh umat Hindu dan didukung oleh umat lain dan kesucian yang diperoleh oleh manusia, alam akibat Nyepi bukan hanya berdampak kepada umat Hindu namun kepada dunia semua mahluk berserta isinya. Nyepi jika dilaksanakan dengan baik akan mempengaruhi kehidupan manusia dan alam secara keseluruhan. Pikiran manusia diibaratkan seperti Mahakawi yang batinnya penuh dengan kesucian, laksana samudera tanpa noda, berbahagia bebas dari ikatan, menikmati sari-sari keindahan. Itulah disebut pertemuan segala rasa dan pengetahuan hakekat kenyataan sebagai puncak ajaran yang utama.

Ia yang jiwanya sudah sempurna, hening, maka ia akan mampu menghadirkan Tuhan dalam padma hredaya setiap saat. Sepi dalam keheningan itu akan membuat seseorang terbukti setiap ucapannya dan ia layak disebut sebagai seorang yogi. Bagi masyarakat biasa, dampak yang terlihat adalah, ia saling menghormati satu sama lainnya, suami puas dengan istrinya, istri puas dengan suaminya, maka pastilah di rumah itu terdapat kesejahteraan.

Dari rumah kebahagiaan itu tertular ke dunia luar. Tak terelakkan lagi negara pun akan bahagia. Sebab nafsu kebinatangan peminpin, suami, laki-laki, wanita, yang suka menindas, otoriter, egois, suka sanggama, suka bertengkar, mau menang sendiri, telah disempurnakan oleh dirinya sendiri saat melaksanakan brata penyepian. Itulah penyepian menuju kesucian diri sekala dan niskala.***

Penulis Ketua I PHDI Bali dan dosen

Drs IGN Sudiana MSi
source : www.jawapos.co.id

I Gede Putu Priambawa (Dewan Pimpinan Nasional)

NYEPI DAY IN ENGLISH

NYEPI IN ENGLISH

Nah bagi rekan-rekan yang biasa komunikasi dengan orang asing siapa tahu artikel Nyepi in English ini akan membantu ngejelasin apasih sebenarnya makna Nyepi itu,dengan memberi penjelasan yang benar kepada orang lain sama artinya kita menghargai diri sendiri..Lucu khan cakep-cakep bisa bahasa lagi tapi ngejelasin tentang tradisi kita sendiri malah belepotan..selain itu mereka juga akan hormat sama kita dan kepada tradisi yang turun temurun kita warisi itu,orang asing juga perlu diingatkan lho..karena salah-salah mereka malah ngajakin kita jalan-jalan di Hari Nyepi atau party seperti budaya mereka ya kalau gitu sama artinya mereka nggak menghargai kita, makanya jelasin Oke...

Ingat selalu jaga hati dan pikiran tetap suci !!


NYEPI ;THE BALINESE SILENCE

Dikutif dari situs www.essortment.com

Celebrating the Hindu’s New Year of Saka in Bali has the deepest meaning of all. After all the glitters and shower of light throughout the year in hundreds of places of interest in the isle, the call for reborn should come in quiet and peaceful rhyme.

Nyepi comes in the ninth month of the Saka year and mostly takes place in March or in the beginning of April.

In Balinese Hinduism, the relinquishment is accomplished into several parts of worship. There are four rules known as Catur Brata Penyepian which guide the Hindus to refrain a while from worldly and physical activities.

First is the principle called Amati Geni. People are not allowed to set lights and fire for the whole day, that includes not burning or setting a stove on, and they can’t cook for meals. Along with this purpose, they abstain from eating and drinking for 24 hours. In deeper reflection, this symbolizes turning the fire off in the five senses of the soul, along with any unscrupulous emotions. It brings up the other sensitivity from within one’s spirit, and it enhances the quality of life.

The other actions of turning down corporal dealings are; not doing any work at all which is called Amati Karya, not going anywhere (Amati Lelungan), and avoiding any entertainment forms (Amati Lelanguan).

On Nyepi Day, the Hindus stay at home, but they are not supposed to listen to the radio, watch TV, speak to each other, answer telephones, or take in guests. Instead, they should lay and meditate in darkness, or have prayers at their own pura called merajan (little house-shrine in the front part of the home) to work out on the inner part of their spiritual life.

It is very quiet on the street and it is impossible to go anywhere even for other communities who are exempt from the rite. The Ngurah Rai International Airport and all harbor accesses to Bali are closed. The airport will only allow overfly flights, transfer, or emergency landing, while public services such as hospitals and transportations for the sick and other emergency cases will be on the restricted judgment of village chiefs.

As a lot of visitors could not do anything else in the island, they will have to stay in the hotel and find their own activities day.

The Hindus in Bali are strongly religious. All ages, except babies seem to be wholeheartedly bound to the observance of the prayer. Women wear kebaya and have their hair twisted while men appear in white with udang (traditional headdress) on their head. They will march under golden yellow sunshades which are meant for ritual ceremonies.

To set up the execution of Catur Brata Penyepian, all figures of worship and sacred utensils must be cleaned up to the oceans in Melis or Melasti ceremony. Upon the cleaning, Melasti is aimed to wash up human soul from dirt and sins. The Hindus believe that it is the power of nature that will take all the agony and refresh the soul. It is important to sip something from the ocean, that ocean is full of waves, just like the world life, where humankind should find the essence of life from within.

The procession itself is a rich and special eye-catching event for the tourists, especially before the D-day blackout. Bali could be fussed with traffic jams up to a day before Nyepi. In grand puras, women flooded the shrines bringing offerings on tall baskets on their head. Some people walk stretching out a long sheet of yellow and white cloth known as “The Bridge of God”.

Gamelan (brass musical instruments) and barong (kind of Balinese mystical puppet) are also the sacrosanct figures to scour on the beach. The gamelan bands march and play along the street, escorting barongs, fruit, rice, and natural food transported in garnished carriers, heading to the head-waterfront puras such as Tanah Lot, Goa Lawah, or Kuta. After prayers and rituals confronting the sea, preachers will splash all the equipments with the holy water, and bless them to the next use for the following year.

And one day before Nyepi, there is the Tawur Kasanga ceremony. The ceremony is held in every place of the island, from the front yard through the city pura.

Every house has merajan to adorn with Panca Warna offerings. Sanggah cucuk of bamboo cane are positioned against the door to display colorful gifts of sacrifice, such as ‘ketupat’ (cooked rice in square of coconut leaves), tumpeng (cone rice), chicken and other food, and rice wine, liquor, and water presented under the bamboo.

This Tawur Kasanga is aimed to please the natural environment, to inspire the Hindus to always care for the ecosystem, as that’s what a balance in life should be like. According to Wiana in his book Yadnya and Bhakti, tawur means to return or to pay on something; that people should also give nature a sincere present, as human beings seem to take so much from the environment all the time. Hindus are taught to let go of the materialism and avarice but to make it simple: to take but also to give.

In parts on cities, tawur will continue with Ngrupuk as the sun goes down. Here, every member of the family has his and her own ritual to start noise around the house bringing torches and sprinkle rice over the alleyways.

In cities and bigger villages, people parade a huge sculpture called ogoh-ogoh, a colorfully clad wooden scary face representing the supernatural giant Bhuta Kala or the power of evil. The giant will be danced in the vibrant gamelan music and soared around the village for a while. To the end of the rite, they will blaze it on fire to get rid of the wicked power represented by the giant figure.

Then the next day, when the tranquility comes, Nyepi is really a solitude day. A day renouncing from the normal clamor is meant for looking through a more advanced quality in the future life. If one could see it through, he or she will be able to let go of the wrong, penetrate the peace into his or her mind, and start the dharma, something that most people dream of a new life.


The silence day

All over Bali, on the eve of Nyepi all the effigies of the gods from the village temples are also taken in long & colourful processions to the river to be ritually bathed. Then after sunset the exorcism of the island starts, firstly within the house compound, where special offerings accompanied by fire & holy water are delivered to every corner of the compound, accompanied by loud banging & clanging, & also as much noise as the vocal chords can handle. Once the exorcism of evil has been accomplished within the home, people then move out onto the streets, many accompanying the terrifying ogoh-ogoh as they roam the neighbourhood with as much revelry as they can muster. The final meeting place in the central crossroads of the village sees huge offerings being burnt after the special prayers by the village priest for the cleansing of the whole village. For weeks before the eve of Nyepi, you can hear fire crackers & the loud retorts of exploding bamboo 'cannons' being set off at night, & this will continue this evening well into the wee hours, before all gradually settles into an all-pervading peace to greet the dawn of Nyepi.

On the day of Nyepi (literally meaning 'silence') the whole of Bali lies still. There is no one out on the streets, nothing opens in the way of shops or offices, the sound of traffic is nonexistent. This Day of Silence is where the world has been cleansed & everything starts anew. With the religious prohibitions of

  • mati lelangon (no pleasure)
  • mati lelungan (no traffic)
  • mati geni (no fire) and
  • mati pekaryan (no work)

beginning at sunrise & continuing for the next 24 hours, all you will hear is the occasional barking of dogs or the shrill of insects. You will not be allowed to go anywhere on this day.

The date for Nyepi and other special Balinese days is shown on the Balinese Calendar.

Balinese Hindu uses two-calender system. One is Pawukon system, a 210-day cycle that divided into ten separate week system. The other one is Saka Calendar, a lunar calendar that originally from South India and brought to Indonesia around 465 AD. One Saka year has 12 month and each month ends on a new moon. The Saka Year is 78 years behind the Gregorian calendar. The calendar begins on the first day of the 10th lunar month or ends on the new moon of 9th month. It usually falls on March or April on Gregorian Calendar. To mark the New Saka Year, Balinese celebrates a Nyepi Day.

From clubkokos.com

MAKNA PERAYAAN NYEPI (1)

Berbeda dengan umat agama lain yang merayakan hari raya keagamannya dengan pesta pora , umat Hindu lebih memilih untuk larut dalam kesunyian dan keheningan tanpa baju baru, makanan enak, jalan-jalan, apalagi mengumbar nafsu.Nyepi bagi umat Hindu adalah waktu untuk melakukan evaluasi diri, membersihkan diri dari berbagai macam “noda” dan “debu” yang telah dilakukan selama 1 tahun terakhir. melalui kesunyian dan keheningan diharapkan umat Hindu lebih kusyuk didalam membersihkan diri.

Nah untuk lebih memahami tentang Makna dari perayaan Nyepi yang menjadi kekaguman Dunia itu,wulan telah mengutif sejumlah artikel dari beberapa website yang berkaitan dengan Perayaan NYEPI termasuk juga dalam versi Bahasa inggris..

Mudaha-mudahan dengan pemahaman itu bisa membantu kita sebagai generasi Hindu lebih paham serta selalu taat melaksanakannya..

Makna Nyepi dan Pengembangan Kebersamaan Umat
oleh : Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi

Banyak kalangan lain di luar umat Hindu melihat keunikan tersendiri
bagi umat Hindu Nusantara dalam merayakan Tahun Barunya. Umat lain di hari Tahun Baru-nya merayakan dengan kemeriahan, pesta makan – minum, pakaian baru, dan sebagainya. Umat Hindu, justru di Tahun Baru Saka yang jatuh pada “Penanggal Ping Pisan Sasih Kadasa” menurut sistim kalender Hindu Nusantara, merayakannya dengan sepi yang kemudian bernama “Nyepi” artinya membuat suasana sepi, tanpa kegiatan (amati karya), tanpa menyalakan api (amati gni), tanpa melakukan perjalanan keluar rumah (amati lelungaan) dan tanpa hiburan (amati lelanguan) yang dikenal dengan istilah “Catur berata penyepian”.
Di hari itu umat Hindu melakukan tapa, berata, yoga, samadhi untuk menyimpulkan serta menilai Trikaya pribadi-pribadi dimasa lampau dan merencanakan Trikaya Parisudha dimasa depan. Di hari itu pula umat mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat pendakian rohani yang telah dicapainya, dan sudahkah masing-masing dari kita mengerti pada hakekat tujuan kehidupan di dunia ini. Dengan amati karya, kita mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan tapa, berata, yoga, dan samadhi; dalam suasana amati gni, pikiran akan lebih tercurah pada telusuran kebathinan yang tinggi; pembatasan gerak bepergian keluar rumah berupa amati lelungaan akan mengurung diri sendiri di suatu tempat tertentu untuk melakukan tapa, berata, yoga, samadhi. Tempat itu bisa dirumah, di Pura atau di tempat suci lainnya. Tentu saja dalam prosesi itu kita wajib menghindarkan diri dari segala bentuk hiburan yang menyenangkan yang dinikmati melalui panca indria. Kemampuan mengendalikan Panca Indria adalah dasar utama dalam mengendalikan Kayika, Wacika dan Manacika sehingga jika sudah terbiasa maka akan memudahkan pelaksanaan Tapa Yadnya. Walaupun tidak dengan tegas dinyatakan, pada Hari Nyepi seharusnya kita melakukan Upawasa atau berpuasa menurut kemampuan masing-masing. Jenis-jenis puasa antara lain : tidak makan dan minum selama 24 jam, atau siang hari saja, atau bentuk puasa yang ringan yaitu hanya memakan nasi putih dengan air kelapa gading yang muda.
Setelah Nyepi, diharapkan kita sudah mempunyai nilai tertentu dalam evaluasi kiprah masa lalu dan rencana bentuk kehidupan selanjutnya yang mengacu pada menutup kekurangan-kekurangan nilai dan meningkatkan kwalitas beragama. Demikianlah tahun demi tahun berlalu sehingga semakin lama kita umat Hindu akan semakin mengerti pada hakekat kehidupan di dunia, yang pada gilirannya membentuk pribadi yang dharma, dan menjauhkan hal-hal yang bersifat adharma. Hari Raya Nyepi dan hari-hari Raya umat Hindu lainnya merupakan tonggak-tonggak peringatan penyadaran dharma. Oleh karena itu kegiatan dalam menyambut datangnya hari-hari raya itu semestinya tidak pada segi hura-hura dan kemeriahannya, tetapi lebih banyak pada segi tattwa atau falsafahnya. Seandainya mayoritas umat Hindu Nusantara menyadari hal ini, pastilah masyarakat yang Satyam, Siwam, Sundaram akan dapat tercapai dengan mudah.

Dikutif dari media hindu online www.mediahindu.net

CATUR BERATA PENYEPIAN

Berata penyepian telah dirumuskan menjadi Catur Barata Penyepian yaitu:

-Amati geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukan upawasa (puasa).

- Amati karya (tidak bekerja), menyepikan indria.

- Amati lelungan (tidak bepergian).

- Amati lelanguan (tidak mencari hiburan).

Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indria kita diredakan dengan kekuatan manah dan budhi. Meredakan nafsu indria itu dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis sehingga kualitas hidup kita semakin meningkat. Bagi umat yang memiliki kemampuan yang khusus, mereka melakukan tapa yoga brata samadhi pada saat Nyepi itu.

Yang terpenting, Nyepi dirayakan dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang tiggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma. Untuk melak-sanakan Nyepi yang benar-benar spritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.

Upawasa artinya dengan niat suci melakukan puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam agar menjadi suci. Kata upawasa dalam Bahasa Sanskerta artinya kembali suci. Mona artinya berdiam diri, tidak bicara sama sekali selama 24 jam. Dhyana, yaitu melakukan pemusatan pikiran pada nama Tuhan untuk mencapai keheningan. Arcana, yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah. Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksana-kan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu. Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa. Tujuan mencapai kebebesan rohani itu memang juga suatu ikatan. Namun ikatan itu dilakukan dengan penuh keikhlasan.

(Sumber: Buku "Yadnya dan Bhakti" oleh Ketut Wiana, terbitan Pustaka Manikgeni)

TURIS PERLU MAKNAI NYEPI(www.hlasmana.rezavani.com)

Jika seluruh dunia khususnya turis mancanegara yang menganggap Bali adalah salah satu surga dunia, seharusnya mereka juga mau mengikuti ritual Nyepi yang saat ini tengah dilakukan penduduknya. Atau jika sulit mewujudkan tindakan pada ritual Nyepi, setidaknya para turis harus mau memahami makna Nyepi dan bukan hanya sekedar datang ke Bali hanya untuk menikmati keindahan pulau yang kaya akan budaya masyarakat itu. Karena Nyepi -lah yang membuat Bali hingga kini tetap menjadi pulau yang begitu indah sebagai salah satu objek pariwisata dunia.

Dengan melakukan Nyepi, masyarakat Bali memaknai kehidupan secara utuh. Memiliki rem terhadap kesenangan dan keserakahan yang secara nyata menghancurkan kehidupan ini. Bali, saat ini, seharusnya menjadi tolak ukur kebutuhan hidup hakiki manusia yaitu hidup dalam damai dan keseimbangan dengan alam.

Kini saya sedang berandai-andai, jika saja hari raya Nyepi dan makna besar yang tersimpan di dalamnya diikuti oleh masyarakat dunia… Sungguh betapa mudah terwujud pemulihan kondisi lingkungan global yang kini tengah dilanda keresahan akibat isu pemanasan global. Ah semoga saja kita akan mampu menyebarkan isu Nyepi ini dalam berbagai kegiatan termasuk pemulihan kondisi lingkungan hidup global yang tengah diresahkan oleh dampak pemanasan global yang begitu cepat.

Selamat Hari Raya Nyepi

Tahun Saka1930

Happy Balinese New Year!

07 March 2008

BERKENALAN DENGAN BLOG

Wah senang rasanya karena hari ini aku mulai memiliki sebuah Jurnal Online yang lebih dikenal dengan Blog. Terhitung sejak hari ini juga aku ingin menuliskan sekelumit catatan perjalanan hidup yang aku lalui.Hitung-hitung menumpahkan unek-unek and buat ngilangin stress...Sebelumnya maaf yang ,kiranya Blog wulan ini masih sangat sederhana dan tentunya masih perlu penyempurnaan disana-sini .
So bagi teman-teman yang ingin berbagi,punya komentar,kritik dan saran wulan tunggu lho..nimbrug juga boleh kok disini !

Salam Perdana
Kadek Sane Wulandari